Saturday, April 10, 2021

Secerca Manajemen SDM di Tempat Kerja


         Saya mulai bekerja di SMPN 1 Cibitung Kabupaten Bekasi sejak tahun 1999. Sekolah ini USB dari SMPN 2 Cikarang Barat yang lokasinya di desa yang berbatasan dengan Kecamatan Sukatani. Lingkungan sekolah di tengah daerah pertanian yang masih pedesaan.  Kami diberikan mandat melalui SK CPNS di sekolah baru ini berjumlah 12 personil yang terdiri dari 10 guru dan 2 orang Staf Tata Usaha. Sebagai sekolah baru pimpinan dipegang oleh Pelaksana Tugas Harian (PLH) berdasarkan SK Kepala Sekolah Induk. Ketika baru ditempatkan peserta didik sudah ada 10 rombel yaitu Kelas III SMP ada 2 kelas, Kelas I, II SMP masing-masing 3 kelas. Dua tahun sekolah ini menumpang di SDN terdekat sebelum mendapatkan gedung baru.
        Kami sebagai CPNS yang berjumlah 12 orang merupakan hasil rekrutmen PNS yang dilakukan pemerintah pusat Oktober 1998. Sementara 2 tahun sebelum adanya penempatan tenaga PNS, peserta didik diajarkan guru dari sekolah induk. Bahkan ada tenaga honorer dari guru SD yang terdekat sebagai rintisan sekolah negeri. Setelah turun SK penegerian SMPN 1 Cibitung, barulah ditempatkan guru dan tenaga kependidikan hasil rekrutmen PNS sekaligus resmi ditempatkan Kepala Sekolah.
       Ketika saya ditempatkan di SMPN 1 Cibitung domisili saya tinggal di daerah Bantargebang, Kota Bekasi. Dua tahun dilaju dengan kendaraan roda dua karena saya masih mengajar di sekolah swasta di Kota Bekasi. Dalam dua tahun tersebut saya telah berusaha observasi lingkungan sosial budaya masyarakat setempat. Hasil pengamatan dan bergaul dengan siswa dan orang tua murid saya memutuskan kontrak rumah dekat dengan SMPN 1 Cibitung.
       Keputusan ini diambil untuk lebih berkonsentrasi dalam tugas mengajar dan mendidik di sekolah ini karena jam mengajar makin banyak. SMPN 1 Cibitung sebagai tempat bertugas yang utama sedangkan mengajar di swasta sebagai sampingan atau tambahan. Oleh karena tidak diperbolehkan mengundurkan diri dari sekolah swasta saya berusaha membagi waktu mengajar hanya kelas siang. Kebetulan KBM di SMPN 1 Cibitung hanya satu shift atau pagi sampai siang. Hingga siang sampai sore masih bisa mengajar di sekolah swasta tetapi jam mengajar juga minta dikurangi.
       Ketika meluluskan angkatan pertama saya mencoba mempelajari outcome yang terserap melanjutkan sekolah. Ternyata hanya sekitar 40 persen yang melanjutkan sekolah. Sebagian besar justru terjun bekerja. Mereka yang tidak melanjutkan menjadi tenaga kerja di industri padat karya seperti garmen, sepatu, sablon, dan lainnya yang menyera tenaga kerja banyak tetapi upah murah. Sebagian kecil juga bekerja menjadi pelayan toko dan rumah makan di pasar. Saya memaklumi karena bila ditinjau dari ekonomi keluarga tergolong menengah ke bawah.
        Dalam menekuni dunia pekerjaan di SMPN 1 Cibitung, saya mendapat tugas tambahan menjadi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.  Atas kepercayaan kepala sekolah saya berusaha mengusulkan supaya di sekolah diberikan 2 jam sebagai mulok (Kurikulum 1994) diberikan pelajaran keterampilan berupa Tata Busana dan Tata Boga. Bahkan untuk memperdalam keterampilannya dengan ekskul menjahit. Usulan tersebut diterima dengan alasan untuk membekali peserta didik keterampilan dunia kerja atas dasar data lulusan. Namun setelah turunnya kurikulum 2006 hanya diberikan melalui ekskul saja.
       Setelah 10 tahun, tepatnya 2012 wilayah di mana SMPN 1 Cibitung berada mulai terjadi perkembangan kota Cikarang menjadi daerah industri. Masyarakat mulai membuka diri bahwasannya supaya bisa bekerja di sektor industri harus lulus setingkat SMA atau sederajat. Apalagi Cikarang mulai tumbuh perumahan sehingga outcome lulusan semakin lebih baik. Bahkan pada tahun 2018, lulusan SMPN 1 Cibitung 98 persen melanjutkan. Pembauran masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang di perumahan, peserta didik kami makin bersemangat untuk melanjutkan. Sekarang ini sekolah memberikan pelayanan pendidikan supaya peserta didik menguasai IT.
       Dalam kurun waktu 21 tahun SMPN 1 Cibitung telah berganti Kepala Sekolah sebanyak enam kali. Tentu pergantian ini atas dasar keputusan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Dari pergantian kepala sekolah yang menarik saya ungkap adalah saat gantinya Kepala Sekolah pertama yang menjabat hanya satu tahun kepada Kepala Sekolah kedua yang merupakan mutasi dari Bandung.
      Yang berdampak bagi penjaga dan kebersihan sekolah adalah perubahan semangat bekerja. Rutinitas penjaga dan petugas kebersihan kalau pagi sudah mengerjakan tugasnya merasa santai tidak ada target yang dikerjakan. Namun kepala sekolah ini terjun sendiri memberi contoh setiap hari. Karena pimpinan ruti memberi contoh, maka penjaga dan petugas kebersihan juga segan sehingga menjadi terbiasa apa saja yang dikerjakan ada saja.  Kalau yang berdampak bagi guru dan Staf TU adalah tertibnya administrasi sesuai juknis aturan yang berlaku. Contoh teladan langsung yang rutin oleh Kepala Sekolah ini yang jarang dilakukan pimpinan berikutnya. Jadi ternyata teladan yang rutin menjadi efektif untuk mengubah perilaku kerja tanpa banyak bicara.

No comments:

Post a Comment